Juara Harapan 1 Lomba Menulis Artikel untuk Guru Indonesia “Mengajar Otak Mendidik Ahklak”
Nama saya Ryan. Saya adalah
salah seorang guru Bahasa Inggris di salah satu Sekolah Menengah Kejuruan
Swasta di Jakarta Timur.
Suatu hari seorang teman
bertanya.
“Apa sih tujuan dari
sekolah? Kenapa kita harus sekolah? Kenapa orang tua menyekolahkan
anak-anaknya? Kenapa dan kenapa”, demikian seorang teman bertanya.
Dan masih banyak lagi
pertanyaan-pertanyaan sederhana yang muncul tentang sekolah. Pertanyaannya
memang sederhana, tapi faktanya banyak orang yang tidak bisa menjawab dengan
tepat. Kebanyakan jawaban hanya bersifat retorika tapi tidak disertai dengan
realisasi tindakan. Masih banyak yang beranggapan “yang penting sekolah”, “yang
penting masuk sekolah” “yang penting hadir”. Sehingga banyak murid-murid yang
asal hadir, tapi malas-malasan belajar di kelas, terkadang tugas PR tidak
dikerjakan, ujian-ujian nyontek sana sini, kenakalan remaja terjadi dimana-mana,
tawuran, narkoba, dan lain-lain. Inilah tantangan dunia pendidikan kita.
Sebenarnya
tujuan dari sekolah itu adalah “agar kita itu belajar”. Belajar untuk mencari
ilmu, belajar memperbaiki diri, belajar berkata baik, belajar berprilaku baik,
belajar peduli, belajar bersosial, belajar berorganisasi, belajar disiplin dan
belajar-belajar lainnya yang bisa membuat kita bisa hidup lebih baik.
Tapi
realita berkata lain. Banyak anak-anak yang sekolah itu bukan untuk mencari
ilmu, tapi belajar untuk sekedar mencari nilai. Sehingga banyak anak-anak yang
malas belajar dan membaca buku. Mereka lebih suka mencontek yang penting dapat
nilai. Kalau ada tugas PR nyontek, kalau ada ujian harian nyontek, kalau ada
ujian semester nyontek, semuanya nyontek, nyalin jawaban temannya. Bagi mereka
yang penting dapat nilai bukan dapat ilmu. Mereka lebih suka melakukan hal-hal
yang instan dan malas mengikuti proses. Mereka lebih suka duduk pegang HP dari
pada duduk pegang buku. Mereka lebih suka nongrong, main kumpul-kumpul bersama
temannya dari pada belajar dan mengerjakan tugas PR di rumah.
Inilah
yang saya hadapi di sekolah setiap harinya, sehingga saya harus mencari cara
bagaimana mengubah kebiasaan “anak-anak jaman now” ini kearah yang lebih positif. Memang tidak mudah, banyak
tantangannya karena kita harus bertarung melawan pesatnya perkembangan
teknologi yang semakin memanjakan kehidupan anak-anak. Kita harus bertarung
melawan anak yang lebih suka duduk di depan HP dari pada di depan buku. Itulah
tantangan pendidikan kita saat ini. Tugas guru memang berat, selain guru harus
mengajar materi pelajaran yang diampunya, tetapi guru juga harus bisa mendidik
akhlak dan prilaku murid-muridnya. Saya mengajar Bahasa Inggris, tetapi saya
tidak boleh hanya mengajar Bahasa Inggris saja, tapi saya harus bisa mengajar
agama dan budi pekerti juga. Oleh karena itu, perbandingannya bisa 50:50 atau
75:25. 50% pelajaran Bahasa Inggris, 50% pelajaran ahklak/umum. Atau 75%
pelajaran Bahasa Inggris dan 25% pelajaran ahklak/umum.
Dalam
metode pengajaran saya, seperti biasa, ketika diawal masuk sekolah di tahun
ajaran baru, dikelas saya selalu menginformasikan peraturan-peraturan yang
harus diikuti oleh para murid selama pelajaran Bahasa Inggris berlangsung. Sanksi
bagi para murid yang melanggar peraturan bermacam-macam, berupa teguran,
nasehat, peringatan dan membaca Surah
Yassin sampai selesai. Sanksi ini memang tergolong ringan, namun kembali
lagi yang namanya pendidikan itu adalah selain mencerdaskan otak tetapi juga
mencerdaskan akhlak. Oleh karena itu perlu rasanya hati anak-anak itu diketuk
dan disiran dengan bacaan ayat suci. Sebelum membaca Surah Yassin ada kalimat yang harus mereka baca, yaitu “Demi Alloh Saya Berjanji… Saya Akan Membaca
Yassin Sampai Selesai. Semoga Alloh Membuka Pikiran dan Hati Saya Untuk Bisa
Belajar Lebih Baik Lagi… Aamiin,”.
Gambar: Para siswa sedang membaca Surah
Yassin
Dan juga diawal masuk saya selalu
menginformasikan program-program apa saja yang akan diadakan dipelajaran Bahasa
Inggris selama satu tahun. Program-program itu berupa:
-
Setiap murid harus menghafalkan satu kalimat
Bahasa Inggris per hari.
-
Setiap Tengah Semester maupun Akhir Semester
akan diadakan ujian praktek berupa pidato Bahasa Inggris Individu, Storytelling individu, Dialog
perbasangan Bahasa Inggris dan juga drama Bahasa Inggris berkelompok.
Informasi-informasi ini
saya infokan diawal masuk agar supaya para murid tidak terkejut dan tidak
terjadi protes-protes ketika mereka mendapat hukuman ketika melanggar peraturan
yang ada di pelajaran Bahasa Inggris. Dan juga agar mereka bisa mempersiapkan
diri terhadap program-program yang ada di pelajaran Bahasa Inggris. Memang
tidak semua murid itu menerima ketika dihukum. Mereka selalu punya banyak
alasan ketika ditanya kenapa melanggar aturan. Tapi sebagai guru, ketegasan itu
perlu. Setiap kesalahan, pasti ada hukumannya.
Saya
juga menerapkan dikelas saya pelarangan menggunakan bahasa-bahasa yang “Tidak Berpendidikan”, seperti:
-
Begok / egok / EG.
-
Anjing / Anjir / Anjrit / Bahasa binatang
lainnya.
-
Goblok.
-
PA (Pendek Akal)
-
Oon
-
Bacot
Bahasa-bahasa diatas saat ini marak beredar
di lingkungan para murid di kelas maupun diluar kelas. Kita juga bisa
memperhatikannya di sekitar rumah kita bagaimana anak-anak jaman sekarang
ketika ngobrol. Bahasa-bahasa diatas pasti akan keluar dari mulut-mulut mereka
dan itu sdh menjadi kebiasaan sehingga mereka tidak canggung lagi dalam
mengucapkannya.
Semoga
dunia pendidikan Indonesia semakin baik. Untuk memperbaiki dunia pendidikan
Indonesia tidak bisa hanya satu dua orang saja, tapi butuh kerja sama dari
semua pihak.
=================================
Pengirim:
Nama :
Riyanto Susilo, S.Hum
No. WA :
081289096320
Asal Sekolah :
SMK Islam Malahayati
Kel. Cijantung, Kec. Pasar Rebo, Jakarta
Timur, DKI Jakarta.
Tema :
Mengajar sehari menginspirasi seumur hidup.
Sub Tema :
Pembiasaan inovatif sehingga siswa berahlak baik.
Belum ada Komentar untuk "Juara Harapan 1 Lomba Menulis Artikel untuk Guru Indonesia “Mengajar Otak Mendidik Ahklak”"
Posting Komentar